Rabu, 26 Oktober 2011

arti cantik


Apa sih definisi cantik buatmu?
Kurus? Tinggi? Kulit putih? Hidung mancung? Mata belok? Tubuh proporsional? Atau gabungan dari semuanya?
Cantik hampir selalu diidentikkan dengan kecantikan fisik. Memang ada beberapa orang yang mengatakan yang disebut  cantik adalah orang yang punya inner beautyyang menarik. Tapi, coba deh perhatikan. Nggak pernah tuh ada yang nyebut orang baik itu, “Wah, dia cantik sekali”, pasti kira-kira orang-orang akan berkata “Dia baik, ya”, atau “Dia ramah”.
Orang akan mengagumi seseorang itu cantik jika penampilannya sudah seperti seorang supermodel. Kurus, tinggi, langsing, putih ( Kutilang Putih ). Dan, sedemikian hebatnya dogma itu di tengah masyarakat, menjadikan banyak wanita terobsesi untuk menurunkan berat badannya, melakukan operasi plastik untuk memperbaiki bagian tubuh yang tidak dia “sukai”, hanya agar dibilang cantik oleh orang lain. Tapi, sungguhkah definisi cantik hanya sedemikian?
Ternyata tidak. Pada jaman Roma, kabarnya wanita yang dianggap cantik adalah wanita gemuk. Karena itu, Julius Cesar jatuh cinta pada Cleopatra yang menurut rumor bertubuh subur. Begitupun yang terjadi di negeri Arab. Di sana, pusat-pusat kebugaran untuk melangsingkan tubuh tidak diminati karena orang-orang di sana justru menganggap gemuk itu cantik.
Beberapa tahun yang lalu, masyarakat kita mendefinisikan cantik sebagai wanita yang kurus, berbadan tipis, berpayudara rata, layaknya model-model yang berasal dari Cina. Aku punya pengalaman tentang hal ini. Ketika definisi cantik ini booming, aku sedang duduk di bangku SMU. Pada suatu hari, sebuah sekolah keperawatan di kotaku hendak melakukan pengamatan tentang tingkat terpenuhinya gizi anak-anak sekolah terutama siswi SMU. Indikatornya adalah lingkar lengan kiri siswi SMU minimal 21,5 cm. Kurang dari itu dianggap kurang gizi. Kebetulan, sekolahku menjadi salah satu sekolah yang mendapat kunjungan. Tentu saja, para perawat tersebut pada awalnya berasumsi bahwa sekolah favorit seperti sekolahku dan berada di kota besar tidak mungkin ada siswinya yang kurang gizi.
Pada kenyataannya, sebagian besar sekitar 60 % dari siswi SMU memang ditetapkan tidak mengalami kurang gizi, walaupun sebagian besar dari yang cukup gizi tersebut berada di batas pengukuran 21,5 cm itu. Tetapi yang sekitar 40 %, dinyatakan kurang gizi dengan lingkar lengan kiri berkisar antara 18,5-20 cm. Akhirnya banyak siswi-siswi terutama yang kurus agak segan maju ke depan kelas untuk diukur karena takut dicap kurang gizi. Apalagi, para siswa laki-laki sudah ribut dan banyak yang nyeletuk “Ih, cantik-cantik, kok kurang gizi”. Sedangkan guru yang menemani hanya mesem-mesem gak jelas. Malu muridnya banyak yang kurang gizi, atau dalam hatinya malah ikut menertawakan, entahlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Reader Community

About Administrator